Ayah Jangan Siksa Aku
Ayah Jangan Siksa Aku T etes air mata selalu mengalir di pipiku pada saat hal yang tidak ku inginkan terjadi seperti pada beberapa jam yang lalu. Ayahku seseorang yang sangat aku banggakan karena kepintarannya, tetapi aku sudah terlalu sangat membencinya karena ia sangat keras dan ringan tangan kepada aku dan ibuku. Aku merasa ini sebuah penyiksaan jiwa raga, sejak kecil aku selalu di pukuli olehnya jika aku melakukan kesalahan sedikit pun aku selalu dipukuli olehnya sehingga yang membuat psikis aku selalu di hantui rasa takut dan membencinya hingga pada saat ini usia ku 18 tahun. Sebenarnya aku iri dengan teman-teman ku yang selalu berangkat kuliah atau pulang kuliah di jemput oleh ayah mereka atau mendengar cerita-cerita mereka yang sepertinya ayahnya tidak pernah melakukan kekerasan kepada diri mereka. “Aluna sudah lah kamu jangan sedih seperti ini!” bisik ibu ...